MEDAN IK - Tumirin (62) warga Kapten Sumarsono Medan bisa bernafas lega,setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan membebaskan Tumirin dari semua dakwaan Jaksa Penuntut Umum( JPU) karena tidak terbukti turut serta menggunakan surat palsu.
“Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 550/Pid.B/2024/PN Mdn tanggal 20 Juni 2024 yang menghukum Tumirin 1 tahun 2 bulan penjara,” ujar Majelis hakim Pengadilan Tinggi Medan diketuai Parlas Nababan beranggotakan Jhon Pantas L.Tobing dan Syamsul Bahri dalam amar putusannya yang dibacakan 1 Agustus 2024 lalu.
Selain itu, Majelis Hakim PT Medan memerintahkan Jaksa Penuntut Umum ( JPU) untuk mengeluarkan Tumirin dari Rumah Tahanan Negara ( Rutan) setelah putusan ini dibacakan serta memulihkan kemampuan, harkat dan martabat Tumirin serta membebankan biaya perkara kepada negara.
Dilihat di SIPP Pengadilan Negeri Medan, Jumat (9/8/2024) Majelis Hakim PT tidak sependapat dengan putusan Hakim PN Medan karena di persidangan tidak ditemukan Tumirin turut serta menggunakan surat palsu seperti yang didakwakan JPU.
Seluruh Surat Keterangan Pendaftaran Pendudukan Tanah( SKPPT) atas nama Hardjo B yang berlokasi di Helvetia dikembalikan kepada Tumirin selaku anak Hardjo B.
Menyahuti putusan PT tersebut, JPU Randi Tambunan tidak banyak berkomentar.” Saya belum tahu Tumirin bebas,” kata Jaksa dari Kejaksaan Tinggi Sumut tersebut.
Dipaksakan
Sebelumnya Penasihat Hukum (PH) terdakwa Tumirin menilai perkara yang menjerat kakek berusia 62 tahun itu terkesan dipaksakan.Tanpa bukti yang jelas, terdakwa diadili dan ditahan.
Hal itu dikemukakan PH Dewi Intan, SH Rahmat Junjungan Sianturi,SH MH dan Angga Pratama,SH kepada awak media seusai persidangan terdakwa Tumirin di Pengadilan Negeri Medan, Kamis (16/5/2024).
Menurut dia, tanpa bukti surat asli, Tumirin warga Jalan Kapten Sumarsono Medan itu dijadikan tersangka, terdakwa dan ditahan.
Dijelaskannya, dimana pembuktiannya tanpa ada surat asli, Tumirin didakwa memalsukan surat tanah milik PT Nusaland sebagai saksi pelapor.
Bahkan, kata Dewi Intan tidak ada kerugian yang dialami PT Nusaland. Tapi kenapa saksi korban bisa menyatakan Tumirin didakwa memalsukan dan menggunakan surat palsu.Demikian juga saksi yang diajukan JPU tidak tahu soal pemalsuan yang dilakukan terdakwa.
Hal senada juga dikemukakan Rahmat Junjungan Sianturi. Dia menilai saksi yang diajukan JPU tidak bermutu dan tidak mendukung dakwaannya.
Lihat saja kehadiran Ngadimin, staf Analisis dan Kebijakan Pemprovsu.Saksi tidak tahu persoalan yang dialami terdakwa.Tapi tetap dipaksakan jadi saksi
Demikian juga saksi pelapor Agus Cipto dari PT Nusaland tidak punya surat asli yang menerangkan adanya pemalsuan yang dilakukan terdakwa Tumirin.
Saksi Agus Cipto hanya tahu adanya gugatan di PTUN Medan soal 11 Kartu Tanda Pendaftaran Penduduk Tanah (KTPPT) padahal gugatan sudah dicabut..
Demikian juga keterangan Veni dan Will selaku Kepala Lingkungan dan 2 Helvetia bahwa tahu tanah seluas 13 hektar di Helvetia milik PT Nusaland karena membayar pajak.
Sebaliknya terdakwa Tumirin membantah keterangan para saksi itu. Tumirin mengakui tanah seluas 13 hektar yang saat ini dikuasai PT Nusaland milik ayahnya sesuai KPTPT yang diterbitkan tahun 1956.
Karena itu, Dewi Intan dan Rahmat Junjungan yakin terdakwa Tumirin tidak bersalah sehingga Majelis Hakim harus membebaskannya dari segala dakwaan dan tuntutan JPU.
Diketahui, JPU Randi Tambunan mendakwa Tumirin melanggar pasal 263 ayat 2 KUHP yakni memalsukan dan menggunakan surat palsu sekaligus menuntut Tumirin 2 tahun penjara.Namun hakim memutusnya 1 tahun 2 bulan penjara. Tapi Tumirin langsung mengajukan banding. (Red)