Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

Home Layout Display

Posts Title Display

Terkini


404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page

 


 Medan, IK - Polrestabes Medan memeriksa 12 orang saksi terkait kematian bocah berusia 8 tahun, menjadi korban perundungan diduga dilakukan tetangganya, yang masih kakak kelas korban di Sekolah Dasar (SD) di Kota Medan.


"Untuk kasus berinisial B, kita sudah kita tangani kasus tersebut. Sudah 12 orang saksi kita mintai keterangan," ucap Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Valentino Alfa Tatareda kepada wartawan di Mako Polrestabes Medan, Selasa (4/7/2023). 


Kematian bocah duduk di bangku kelas 1 SD, Valentino mengungkapkan pihaknya dalam penanganan kasus ini, mengendapkan Undang-undang Perlindungan Anak. Apa lagi, terduga pelaku perundungan tersebut, masih anak di bawah umur.


"Ini masih pendalaman, karena ini diduga pelakunya kita sesuaikan dengan aturan-aturan yang ada. Apakah pelaku ini, bisa bertanggungjawab dengan usia mereka, apa yang mereka lakukan," papar Valentino.


Untuk penyebab kematian B, Valentino menjelaskan penyidik Unit Perlindungan Anak dan Perempuan (PPA) Satreskrim Polrestabes Medan terus mendalaminya.


"Kita masih dalami dan berkordinasi dengan instansi terkait dengan masalah untuk pelaku anak," ucap mantan Direktur Lalulintas Polda Sumut itu.


Valentino mengucapkan bela sungkawa atas kematian B. Ia berjanji akan mengusut kasus ini dan memberikan keadilan bagi keluarga korban.


"Sejak awal kami sudah mendampingi keluarga korban sudah memberikan perhatian. Saya sangat bela sungkawa apa yang terjadi dan kami menangi ini, sesuai yang berlaku," ucap Valentino.


Peristiwa perundungan ini, dialami korban di luar sekolah. Di lokasi persis peristiwa terjadi masih terus didalami oleh penyidik Unit PPA Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan hingga saat ini.


Diberitakan sebelumnya, Seorang siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) berinisial B diduga jadi korban perundungan tetangganya dan juga kakak kelasnya. Dampaknya, mendapatkan penganiayaan hingga anak berusia 8 tahun itu, meninggal dunia di rumah sakit di Kota Medan, Selasa malam, 27 Juni 2023.


Ibu korban, Yusraini menjelaskan, kronologi kejadian bully dialami anak tersebut, terjadi di sekolah di Kota Medan, Kamis siang, 22 Juni 2023, sekitar pukul 11.30 WIB. Peristiwa dialami B disampaikan korban ke orang tua tersebut.


Orang tuanya, hanya pedagang kaki lima di kawasan Masjid Raya, Al-Mashun, di Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan. Lanjut, Yusriani mengatakan korban datang ke tempat jualannya ibu tersebut, dan menceritakan apa dialaminya di sekolah, usai pulang sekolah.


"Kami, kan jualan di Masjid Raya, Kota Medan, dia (korban) datang, berkata 'Mak B dipukul' sambil menangis, dia sampai pucat (mukanya)," kata Yusraini kepada wartawan, di Kota Medan.


Korban yang merupakan Warga Kecamatan Medan Maimun, mengungkapkan kepada ibunya, mendapatkan perlakuan dari kakak kelasnya atau terduga pelaku.


Ibu korban mengatakan agar bully tidak terus berlanjut, melaporkan dialami B kepada orang tua kakak kelasnya tersebut. Tapi, terduga pelaku membantah melakukan pemukulan korban.


"Si anak ini (pelaku bilang) mana ada pukul si Baim, tapi aku pun ngak mau ribut-ribut (sama orang tuanya), cuma aku mau ngasih tahu (ke bapaknya), mana lah (mungkin) Baim bilang dipukul, tapi (tidak dipukul), karena dipukul dia makannya dibilangnya (dipukul)," jelas Yusriani.


Pasca mendapatkan penganiayaan tersebut, Yusriani mengungkapkan anaknya itu, sempat mengalami demam tinggi dan tidak mau lagi, pergi sekolah.


"Semenjak dipukul itu, anak itu macam ketakutan, sudah gitu, waktu tidur malam sering ketakutan, kayak trauma gitu," tutur Yusraini.


Kemudian, orang tua B sempat memberikan perawatan tradisional dengan membawa ke tukang kusuk, untuk menghilangkan penyakit dideritanya. Namun, tidak sembuh juga.


"Semenjak dipukul B tidak mau makan cuma mau minum, sakit badan semua katanya, tapi baim tidak bilangnya di bagian mana," kata Yusriani.


Karena kondisi B semakin hari memburuk, Yusriani mengatakan sempat dilarikan ke rumah sakit, karena mengeluh sesak nafas. Ia mengatakan faktor ekonomi dan tidak memiliki uang, sehingga korban tidak bawa ke rumah sakit untuk diobati.


"Baru beberapa jam di rawat di rumah sakit, Selasa malam, 27 Juni 2023. Anak ku itu, meninggal dunia," jelas Yusriani. (Rel)

Leave A Reply