INTAIKASUS.COM - Arus globalisasi yang masuk ke Indonesia tak bisa dihempang dengan cara apapun. Sebaiknya, arus globalisasi itu dikelola dengan cara-cara sistematis, sehingga dampaknya tidak menggerus nilai-nilai wawasan kebangsaan dan kedaulatan NKRI.
Pandangan ini disampaikan Panglima Kodam I/BB, Mayjen TNI Cucu Somantri saat tampil sebagai nara sumber pertemuan Forum Pimpinan FIS/FISH/FPIPS LPTK Negeri se-Indonesia dan Pertemuan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) yang dirangkai dengan Seminar Nasional dengan tema "Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Berwawasan Kebangsaan" di Arya Duta Hotel Medan, Jumat (20/10/2017).
" Cara terbaik untuk mengemas globalisasi bagi generasi bangsa kita adalah mengajak mereka berpikir secara global, tapi bertindak secara lokal. Ini menurut saya salah satu cara terbaik untuk menghadapi era millenia ini dengan tetap mempertahankan nilai-nilai wawasan kebangsaan kita," kata Mayjen TNI Cucu Somantri.
Diuraikan abituren Akmil 1984 yang juga dosen Lemhanas ini, wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional.
Wawasan kebangsaan ini juga mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.
" Dalam bingkai NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan Poleksosbud dan Hankam," paparnya.
Dikesempatan itu, jenderal bintang dua kelahiran Bandung, Jawa Barat, 5 November 1961 itu berharap para dekan dari 13 fakultas ilmu sosial (FIS) se-Indonesia, termasuk Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) yang menjadi peserta acara bisa lebih membumikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan di lingkungan kampus.
" Kondisi wawasan kebangsaan di negeri kita saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga perlu dibangun kembali persatuan dan kesatuan bangsa serta jiwa nasionalisme. Dan hal ini saya harapkan bisa lebih dibumikan oleh para dekan dan para sarjana ilmu-ilmu sosial yang hadir di sini," urai mantan Kepala Staf Kostrad pada 2016 ini.
Acara yang digelar selama empat hari (19-22 Oktober 2017), dibuka langsung oleh Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof Dr Syawal Gultom, MSi dan dihadiri tak kurang dari 275 peserta yang terdiri dari dosen dan sarjana ilmu-ilmu sosial dari 13 fakultas ilmu sosial se-Indonesia.
Hadir diacara, selain dua nara sumber lainnya, yakni Guru Besar dan Wakil Dekan Akademik FIS Unnes, Prof Dr Wasino, MHum, Ketua HISPISI 2016-2020, Prof Drs Warsono, MS, juga para dekan dari 13 fakultas ilmu sosial se-Indonesia, Sfaf Ahli Pangdam I/BB, Kolonel Kav Halilintar, Asisten Intelijen Kasdam I/BB, Kolonel Inf Maulana Ridwan, Asisten Teritorial Kasdam I/BB, Kolonel Arm Nursyamsudin, Kapendam I/BB, Kolonel Inf Edi Hartono dan lainnya. (Rel)